SURABAYA, - PT SUPARMA Tbk mencatatkan penjualan bersih selama periode empat bulan pada tahun 2025 sebesar Rp 837,8 miliar, angka itu setara dengan 27,9% dari target penjualan bersih Suparma tahun 2025 yang sebesar Rp 3.000 miliar.
Direktur PT SUPARMA Tbk, Hendro Luhur dalam RUPST Selasa (10/6/2025) mengatakan, Kuantitas penjualan kertas Suparma sebesar 69.595 MT atau setara dengan 26,9% dari target kuantitas penjualan produk kertas tahun 2025 yang sebesar 258.600 MT. Sedangkan untuk hasil produksi kertas Suparma pada periode empat bulan tahun 2025 sebesar 72.475 MT atau setara dengan 32,1% dari target produksi kertas tahun 2025 yang sebesar 225.800 MT.
Hendro menjelaskan, pada tahun 2024 lalu, Suparma berhasil membukukan pertumbuhan penjualan bersih 2,7% menjadi sebesar Rp 2.729,6 miliar. Pertumbuhan tersebut disebabkan naiknya kuantitas penjualan Suparma sebesar 4,1% mencapai 229,4 ribu MT dimana Kraft dan Tissue menyumbang pertumbuhan kuantitas penjualan masing-masing sebesar 7,2% dan 5,2%. Sedangkan kuantitas penjualan Duplex relatif tidak mengalami perubahan.
Pada tahun 2024 beban pokok penjualan mengalami kenaikan 5,9% dibandingkan beban pokok penjualan tahun 2023 terutama disebabkan oleh kenaikan harga beli rata-rata bahan baku pulp sebesar 11%. Kenaikan beban pokok penjualan yang melebihi kenaikan penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 12,3% dari semula Rp 470,6 miliar di tahun 2023 menjadi Rp 412.8 miliar di tahun 2024, sehingga marjin laba kotor tahun 2024 mengalami penurunan menjadi 15,1% dari semula 17,7% di tahun 2023.
Pada tahun 2024, beban penjualan mengalami kenaikan sebesar 1,8% yang terutama disebabkan oleh naiknya beban ekspor dan pengangkutan sebesar 2,1%. Sedangkan beban umum dan administrasi mengalami sedikit penurunan 0,5% yang terutama disebabkan oleh menurunnya perbaikan dan pemeliharaan sebesar 36,7%. Suparma membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp 29.5 miliar akibat dari dampak melemahnya nilai tukar Rupiah, hal ini menyebabkan penurunan laba sebelum taksiran beban pajak dan laba tahun berjalan Suparma masing-masing sebesar 43,5% dan 41,3% atau masing-masing menjadi sebesar Rp 134,4 miliar dan Rp 104,8 miliar.
TIDAK BAGIKAN DIVIDEN TUNAI
Di RUPST 2025 ini Suparma tidak membagikan dividen tunai kepada para pemegang sahamnya. Setelah dikurangi pembentukan dana cadangan wajib sebesar Rp 20 miliar, sisa laba bersih tahun berjalan 2024 digunakan untuk memperkuat struktur permodalan Suparma dan untuk investasi yang sebagian besar bertujuan untuk peningkatan kapasitas mesin kertas Suparma.
INVESTASI STEAM BOILER
Direktur PT SUPARMA Tbk, Hendro Luhur menjelaskan, Pada tahun 2023, Suparma menganggarkan belanja modal setara dengan USD 10 juta untuk proyek investasi steam boiler baru. Hingga akhir tahun 2024, jumlah realisasi anggaran steam boiler yang baru mencapai Rp 129,5 miliar atau setara USD 8,2 juta. Suparma menggunakan internal kasnya untuk mendanai keseluruhan proyek tersebut (self financing). Steam boiler ini telah berproduksi komersial pada Januari 2025.
Steam boiler yang baru akan lebih ramah lingkungan karena ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar +22% atau sekitar 58% lebih rendah dibandingkan steam boiler Suparma yang sudah ada, serta sisanya akan memanfaatkan 60% sludge dan ±18% limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.
INVESTASI PAPER MACHINE
Hendro Luhur, Direktur PT SUPARMA Tbk menambahkan, pada tahun 2024, Suparma menganggarkan belanja modal setara USD 21,4 juta untuk proyek investasi Paper Machine No. 11 ("PM 11"). Anggaran tersebut sudah mencakup mesin kertas utama beserta perlengkapannya, suku cadang, bangunan dan prasarananya. PM 11 tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 27.000 MT.
Pada 6 Februari 2025 Suparma telah menandatangani kontrak pembelian mesin utama PM 11 dengan supplier mesin kertas dari Finlandia senilai EUR 6.35 juta. Suparma berencana menggunakan internal kas sebesar USD 5 juta untuk mendanai proyek tersebut, sedangkan sisanya sebesar USD 16,4 juta akan didanai oleh bank rekanan Suparma dalam bentuk fasilitas kredit investasi. Jib/rls