SURABAYA, kabar9.id - Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Nahdlatul Ulama Jawa Timur menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) XIV di hotel Swiss Bel, Darmo, Surabaya, Jumat (06/09/2024).
Kegiatan yang mengusung tema ‘Penguatan Kader Fatayat NU dalam Menjaga Ideologi dan Peradaban’ ini dihadiri Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz, Ketua PP Muslimat Khofifah Indarparawansa, Ketua PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah, putri pendiri NU Munjidah Wahab dan sejumlah pejabat Pemprov Jatim.
Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz mengatakan, Fatayat harus bisa hadir di tengah masyarakat, sebab pendampingan umat menjadi salah satu yang harus dijaga, kalau tidak jaga di akar rumput atau jamaahnya susah untuk mengembalikan lagi, susah untuk menyatukan lagi kalau ada perpecahan.
Gus Kikin juga meminta apa yang baik dari sebelumnya terus dijaga dan tidak menutup atas hal yang baru yang lebih baik, prinsip Al muhafadhotu ala al qodimis sholih wal akhdzu bil jadidi aslah terus dijaga, kekompakan, keberaamaan semakin ditingkatkan.
Sementara Ketua Umum PP Fatayat NU, Margareth Aliyatul Maimunah berharap, Fatayat NU Jawa Timur menjadi barometer Fatayat NU untuk seluruh Indonesia dan dunia.
Barometer ini tidak cukup dengan menjalankan roda organisasi secara aktif dan masif, tetapi hendaknya dibarengi dengan upaya penguatan dan memajukan berbagai PW Fatayat NU di luar Jawa Timur bersama dengan PP Fatayat NU.
Karena itu, visi maju bersama dan menguat bersama dimaksudkan agar tercipta pemerataan dalam maju dan berkembangnya organisasi di semua lini.
"saya berharap Fatayat NU Jatim tetap menjadi barometer organisasi. Sehingga nantinya dapat menggandeng atau menggendong PW Fatayat NU yang lain,” jelasnya.
Sementara Khofifah Indarparawansa, Ketum PP Muslimat sekaligus Gubernur Jawa Timur 2019-2024 mengatakan, Fatayat perlu membentuk super team untuk meraih kesuksesan dalam menggerakkan organisasi ke depan.
Khofifah menilai, perlunya mendorong seluruh inovasi dan kreativitas sehingga apa yang menjadi hambatan dan kendala saat berlangsungnya kegiatan dan berorganisasi bisa diatasi bersama.
Tidak hanya itu, Khofifah mendorong Fatayat NU juga bisa membentuk super team. Terutama untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan, penuh dengan ketidakpastian, maka memiliki tim yang kuat dan solid akan menjadi modal utama untuk keluar sebagai pemenang dan menjadi sukses.
"Superteam ini penting. Karena sukses itu tidak bisa dicapai dengan kerja individual, kerja sendiri-sendiri. Kesuksesan itu bisa dicapai jika ada sinergi ada kolaborasi antara satu dengan yang lain, antara organisasi satu dengan yang lain, dan juga antara satu Lembaga dengan yang lain,” ujarnya.
Lebih lanjut wanita yang juga salah satu Ketua PBNU ini juga menegaskan bahwa dalam diri setiap Fatayat NU harus memiliki jiwa-jiwa pemimpin. Tak cukup hanya pemimpin biasa, melainkan pemimpin pemungkin atau enabler leader. Pemimpin yang selalu memiliki solusi di tengah ketidakmungkinan. Dengan kapasitas enabler leader, maka kendala yang dihadapi akan bisa ditemukan solusinya.
"Saya mendorong juga anggota Fatayat NU untuk menjadi enabler leader. Di tengah hambatan dan tantangan, dengan sosok pemimpin yang enabler leader, mereka akan bertemu dengan opportunity, peluang-peluang, yang memungkinan mereka untuk bergerak dan memberi solusi,” ujar Khofifah. Jib